Senin, 03 September 2012

Where have you been, Nurul?

Allah itu Tuhan Yang Maha Esa dalam agama Islam, tapi seberapa dekat aku dengan Allah? Aku mencoba refleksi diri dari perjalananku sejak mengenal Islam sampai saat ini

Aku sudah beragama Islam sejak lahir. Kedua orang tuaku beragama Islam, ya secara otomatis agama ku pun Islam.

Sejak kapan aku mulai mengenal agama ini? Mungkin aku kenal sejak sebelum usia TK tapi aku lebih bisa mengingatnya kalau aku mengenal Islam sejak TK karena aku masuk TK Islam. Sejak usia TK aku sudah diminta berhafal doa-doa sehari-hari dan juga belajar tentang para Nabi. Aku juga belajar mengenai lagu-lagu Islami dan belajar membaca huruf Al-Qur'an. Aku baru sadar saat dewasa, ternyata aku mampu membaca tulisan arab terlebih dahulu daripada membaca tulisan huruf latin karena sejak TK aku sudah diikutkan pengajian di dekat rumah.

Jenjang pendidikan berikutnya aku masuk ke SD Islam. Di bangku SD ini aku mulai mengenal Allah dan para nabi-Nya. Aku belajar tentang kewajiban agama, rukun iman, rukun islam, dan mulai hafalan surat-surat pendek di Al-Qur'an. Aku juga sempet mau pakai jilbab dari SD tapi masih ragu. Di masa SD aku juga dilatih jadi qari'ah tapi gagal. Hahaha karena aku dulu ngerasa ga penting baca Qur'an dilaguin segala, baca sesuai tajwid sudah cukup. Aku juga hafalan bacaan shalat pas SD, hafalan doa-doa setelah sholat, belajar lebih banyak tentang sholat-sholat sunah, dan penulisan Allah. Aku sempet misuh misuh sendiri pas kecil karena buku catatan ku jadi jelek karena penulisan Allah dan kata ganti-Nya.

Jadi dulu pernah didikte mengenai suatu bahan ajaran Agama Islam. Didikte artinya guru membacakan dan murid menuliskan, bukan soal dikte hanya bacaan yang dibaca oleh guru dan kita sebagai muridnya menyalin apa yang dibacakan. Kebetulan di bacaan yang dibacakan oleh guru itu banyak penulisan Allah dan kata ganti untuk Allah (-Nya, Ia, Engkau, dsb). Aku yang saat itu masih kecil tidak menuliskan kata ganti untuk Allah sesuai EYD, jadi aku tulis "-Nya" ya seperti biasa "-nya", "Ia" aku tulis jadi "ia" (see the differences?) Aku sebel banget sama guruku yang berkali-kali menekankan "N nya huruf besar ya anak-anak" atau "I nya huruf besar ya anak-anak" sebab di kalimat yang aku tulis, kata ganti untuk Allah aku samakan seperti kata ganti untuk yang lainnya dan aku gak ngerti makna huruf kapital itu untuk apa. Walhasil kalo guruku ngingetin ya ku coret hurufnya dna ku ganti yang bener, tapi kalo ga ngingetin ya ku diemin aja soalnya kalo banyak yang dicoret catatanku jadi gak rapih. Sedangkal itu ya aku waktu SD.

Kemudian aku menginjak SMP. TK dan SD aku di sekolah Islam, nah SMP aku bersekolah di sekolah negeri. Di sini lebih plural, yang tadinya ga punya temen agama hindu di SMP ini ketemu, pas SD kondisinya kondusif untuk sholat pas di SMP lebih bebas, di SD hampir setiap hari ada pengajian di kelas di SMP gak ada, dan tanpa aku sadari aku mulai kehilangan keislamanku. Pas SMP awal aku jarang sholat wajib karena aku lebih mementingkan main sama teman daripada sholat. Kelas 1 SMP aku masuk siang jadi waktu itu aku berdalih kalau waktunya gak cocok antara sekolah dan sholat. Sempet beberapa bulan aku jaranag sholat tapi terus ada sebuah kejadian (aku lupa) yang membuat aku kembali mengerjakan sholat fardhu dan alhamdulillah gak putus sampai sekarang.

Pas SMP awal aku juga sempet kelabakan saat diminta membaca Al-Qur'an. Seriously, kelabakan seakan-akan aku lupa semua sama huruf hijaiyah dan gak tau apa itu huruf alif, ba, dsb. Aku bingung, istighfar, dan aku mulai membaca surat pendek yang sudah aku hafal dan alhamdulillah ingatanku mengenai huruf hijaiyah kembali. Masa SMP ini bisa ku bilang masa terjauh aku dengan agama ku dan Allah, aku bandel. Ga sebandel sampai ngerokok, minum, atau apa tapi kalau dibandingkan dengan sekarang bisa ku bilang pas SMP aku bandel.

Masuk ke SMA, terima kasih kepada Allah yang walaupun aku bandel dan males belajar aku bisa masuk ke salah satu SMA ternama di Jakarta dan akhirnya aku bersyukur pernah bersekolah di SMA tersebut. Di SMA aku bertemu teman-teman baru, kali ini lebih heterogen mulai dari kondisi sosial ekonomi, appearance, sampai aqidah. Jadwal di SMA ku ini masuk pagi pulang sore, sekitar jam 15. Secara otomatis, sholat ku pun lebih terjaga karena jadwalnya enak. Selain itu, guru di sekolah ini cukup cerewet tentang agama, kalo hari Jumat siang aja ada sidak: laki-laki ke masjid, perempuan ke ruang audio visual. No excuse. Di SMA ini aku mulai sering sholat dhuha, puasa senin-kamis, dan diskusi sama teman-teman yang lebih faham agama. Aku mulai melibatkan Allah di bangku SMA ini, mulai dari cerita tentang gebetan sampai berdoa untuk kelulusan SPMB. Kalau yang SPMB ini gak lepas dari bimbingan belajar Nurul Fikri juga sih yang setiap mulai belajar dengan berdoa dan banyak tempelan doa di tembok kelas.

Untuk lolos SPMB, aku usaha, mama usaha, bapak usaha, dan melibatkan Allah. Aku belajar dan sholat, mama dan bapak ikut bantu dengan doa dan sedekah serta minta bantuan doa dari orang lain. Alhamdulillah aku lulus SPMB.

Di bangku kuliah, awal kuliah aku mulai merasakan hawa "bebas" lagi nih. Awal kuliah sempet agak bandel karena kebawa sama temen-temen SMA dan kebiasaan kita waktu itu. Namun kemudian hal itu gak berlangsung lama. Aku ketemu sama temen-temen yang luar biasa di kampus kuning ini. Luar biasa macem-macemnya dan aku mulai menyadari aku berada di "lingkaran" yang mana.Teman main dan saudara aku mayoritas berjilbab dan aku terus teringat tentang ayat untuk mengulurkan jilbab (karena bapak sering ngomong juga sih). Entah mengapa juga aku tiba-tiba merasa malu. Malu dengan rambut, leher, tangan, dan kaki yang tampak. Aku ngobrol sama temen-temenku yang berjilbab tentang awalnya mereka berjilabab dan rasanya berjilbab, setelah mendapat jawaban aku mantap berjilbab di liburan semester empat menuju lima. Aku langsung minta mama untuk temenin ke toko baju esok harinya karena aku mau pakai jilbab. Mama setuju.

Apa aku langsung menemukan Allah setelah itu?

Enggak. Jaman aku baru pakai jilbab dulu, masih agak bandel juga. Sholat sih alhamdulillah masih jalan tapi ya ngajinya jarang. Sholat dhuha dan tahajjud? Hmm.. Bisa dibilang hampir gak pernah, kalau gak bisa tidur atau ada perlunya aja aku baru sholat tahajjud. Aku pernah mengingat kebesaran Allah saat belajar faal. Ilmu itu yang membuat aku sadar bahwa manusia ini ada yang menciptakan serta organ di tubuh manusia tidak diciptakan dengan sia-sia dan saat belajar di kelas aku cuma bisa  bilang "Allah itu memang luar biasa". Namun ya itu aja, cukup sekedar kagum sama Allah. Dalam hal pinta meminta aku minta ya cuma minta aja, doa ya doa aja, curhatnya masih lari ke diary, twitter, atau facebook.  Aku baru sadar, sampai mau lulus kuliah pun aku masih minim mintanya sama Allah, minta sih tapi gak maksimal. Astaghfirullah.

Baru sekarang-sekarang ini sekitar hampir setahun yang lalu aku mulai sering sholat dhuha, aku mulai merasakan kehadiran Allah. Dan aku juga merasa bersyukur atas apa yang telah Allah berikan kepadaku. Aku juga sekarang mengurangi curhat di twitter atau facebook, ga seperti setahun atau dua tahun yang lalu. Aku ngerasa masih perlu memperdalam lagi ilmu agama dan terus mendekatkan diri pada-Nya. Caranya? Yaa banyak-banyak mengingat Allah, banyak doa, banyak melakukan hal-hal yang Allah sukai, dan yakin. Yakin? Iyalah. Yakin itu iman. Iman kepada Allah kalau menurut aku bukan cuma percaya kalau Allah itu ada melainkan juga kalau Allah itu tempat satu-satunya untuk mengadu, meminta dan mengharap. Hahaha jadi inget ustad Yusuf Mansur yang selalu mengingatkan untuk melibatkan Allah.

Kalau udah mengadu dan meminta sama Allah terus ga dikasih gimana? Ya sabar. Kayak aku ini, mungkin emang belum dikasih atau permintaan yang akan dikabulkan Allah itu butuh pengorbanan yang besar: kesabaran yang luar biasa *talk to myself

Aku, sebagai pemeluk Islam dari lahir baru sering melibatkan Allah sekarang, di saat usia sudah berkepala "2". Malu. Wajar aja sih menurut aku kalau Allah ngasih aku teguran sekarang, asal jangan lama-lama ya Allah tegurannya, ga kuat euy. Dan semoga aku selalu mengingat-Mu dan melibatkan-Mu sampai nanti, selamanya. Aamiin.

Ps: Aku baru faham kenapa penulisan kata ganti untuk Allah (Tuhan) dibedakan karena memang makhluk dan penciptanya berbeda.