Rabu, 27 Januari 2010

Senayan-Blok M



Semakin aku menjelajah kota Jakarta ini, semakin aku cinta padanya. Aku cinta J.A.K.A.R.T.A.!

Kemarin abis jalan ke JCC dengan niat berfoto bersama piala World Cup. Namun ternyata ramai sekali orang-orangnya akhirnya kami (saya dan Sarah) berganti haluan ke Plasa Senayan. Di tempat itu kami cuma menumpang sholat zuhur karena memang sudah jam setengah tiga sore. Setelah sholat dilanjutkan makan, tapi kami bingung mau makan dimana. Akhirnya diputuskanlah makan di KFC Ratu Plaza. Pas banget tuh sampai di KFC nya jam 3 sore jadi bisa mesen paket attack deh. Lumayan 7.500 rupiah bisa dapat nasi+saap ayam+pepsi.



Begitulah piring-piring dan gelas-gelas dari 2 orang yang kelaparan, lelah, serta sakit hati karena tidak berhasil foto bareng si piala. Huhh. Kami makan selama sejam, lalu kami memutuskan untuk sholat Ashar karena memang sudah masuk waktu Ashar. Kemudian kami berjalan kaki ke Masjid Kementrian Pendidikan Nasional. Masjidnya bagus dan pemandangannya juga bagus. Inilah pemandangan dari depan masjid sewaktu kami duduk-duduk di tangganya.
















dan ini adalah menara masjid yang indah ini













Makan sudah, sholat sudah, tapi kami bingung mau kemana lagi. Kalau pulang bareng sama orang kantor macetnya bikin gila, lagipula ntar gak dapet sholat Maghrib. Akhirnya kami brainstorming dan dapatlah tujuan kami yang berikutnya: Blok M Square. Di situ kami ngeliat pameran pedang nabi dan berfoto di dalamnya. Hahaa :D



Setelah melihat pemeran pedang nabi, kami ke Carrefour untuk membeli minuman mineral (yang murah!). Setelah itu kami duduk-duduk di depan Carrefour dan selanjutnya pergi ke musholla. Ternyata mushollanya di roof top. Woow. Keren deh, ngliat banyak gedung gitu, lagipula sewaktu kami kesana pas matahari udah menuju ke barat, hal itu membuat pemandangan menjadi tambah indah :)



Setelah Maghrib, kamu langsung bergegas pulang dan berhasil tidur lelap di dalam Kopaja yang berjuang di tengah kemacetan Jakarta. Bagaimanapun macetnya Jakarta, we still love this big city :)

Selasa, 12 Januari 2010

Kemiskinan di Negeri Indonesia

Hufff... Saya cuma bisa menghela napas dan mengelus dada melihat kemiskinan yang terus saja jadi berita di koran-koran. FYI, di rumah saya berlangganan 2 buah koran: Republikadan Kompas, karena sekarang lagi liburan makanya saya punya waktu luang untuk baca koran dan (hampir) setiap hari di koran-koran itu selalu ada yang membahas masalah kemiskinan.

Gak cuma koran, televisi pun juga membahas masalah kemiskinan ddi negara ini. Kayak tadi pagi saya nonton acara "Apa Kabar Indonesia Pagi" di TV One, disitu dikisakan betapa merananya warga miskin di negara ini. Pertama, berita tentang penculikan bayi dan berita selanjutnya tentang anak berusia 6 tahun yang harus melakukan pekerjaan rumah tangga karena hanya tinggal berdua dengan Ibunya yang sedang sakit. Yah, saya rasa hal ini bagus mungkin bisa meningkatkan keibaan kita terhadap warga yang kurang mampu, mungkin bisa membuat para pejabat yang hidup dengan fasilitas mewah dari negara menjadi terketuk hatinya, atau mungkin hanya membuat kita yang hidup dengan cukup merasa bersyukur karena tidak mengalami penderitaan itu.

Saya jadi teringat sewaktu naik kereta dari Depok ke Gondangdia kemarin. Saya dan Di, teman saya, mempunyai pikiran yang sama: kita bersyukur ya tidak hidup seperti mereka. Saya dan Di hanya berada sekitar satu jam lebih di kereta tapi kami mendapatkan pengalaman berharga mengenai hidup, dan menjadi orang yang bersyukur karena diberikan hidup yang luar biasa indah oleh Sang Pencipta. Sepanjang kereta itu kami melihat mas-mas yang masih sebaya dengan kami berjualan handuk, jeruk, minuman, atau alat tulis. Kami juga melihat anak perempuan yang usianya masih jauh di bawah kami bernyanyi 'ditemani' adiknya dan berjalan dari belakang kereta ke bagian depan tanpa menggunakan alas kaki. Lalu ada juga bapak-bapak yang berjualan buku catatan, minuman, atau kerupuk kulit. Saya bisa membayangkan betapa keras usaha mereka untuk terus dapat melangsungkan hidup.

Oke, jadi berita mengenai kemiskinan di Indonesia yang ada di koran-koran serta televisi itu benar adanya. Saya bisa menerima itu, tapi yang disayangkankan adalah bentuk eksploitasi kemiskinan. Misalnya acara seperti 'bedah rumah', 'rumah hadiah', 'toloong', atau acara lain yang sejenis. Kenapa kesannya warga yang miskin itu jadi sengsara banget? Oke, mereka (mungkin) hidup sengsara dengan keterbatasan finansial ynag dimilikinya. But hey mereka gak sesengsara itu loh. Mereka masih punya harapan untuk hidup yang lebih baik asalkan mereka mau bekerja keras dan berusaha. Banyak kan orang yang hidup sejahtera saat ini merupakan warga miskin jaman dulunya.

Kenapa ga mencoba merubah sudut pandang? Mungkin memang susah, tapi bukan berarti tidak mungkin kan? Kemiskinan akan selalu ada di negara manapun, bahkan di negara yang berkuasa seperti USA. Selain itu, tidak ada juga orang yang memilih untuk dilahirkan di keluarga miskin. Kuncinya adalah kerja keras dan terus berdoa. Buat orang yang memang hidup dalam keluarga mampu, cobalah lebih bersyukur dengan kehidupan yang kamu miliki, dengan begitu kamu tidak akan melupakan saudaramu yang saat ini sedang berjuang untuk melanjutkan hidup. We can solve the problem, pasti.

Banyak Jalan Menuju Balaikota Jakarta 2

Tadi sampai mana? Sampai nglewatin dua stasiun setelah Manggarai ya? Dari situ teman saya mulai bertanya pada pekerja KAI yang (kebetulan)duduk di depan kami. Beliau bilang kalau kereta arah Tanah Abang berbeda dengan jurusan Kota. Akhirnya kami hanya pasrah dan terus ikut kereta sampai ke Tanah Abang. Nah, dari situ baru deh naik kereta lagi ke arah Manggarai (dengan kereta yang sama tentunya). Sampailah kami di Manggarai, kata orang sekitar sih jurusan ke kota ada di jalur 3/5, karena kami ada di jalur 6 jadi kami memutuskan untuk terus stay di jalur 5 karena tinggal geser aja. Gak lama kemudian, datanglah kereta yang sudah kami tunggu dengan segenap hati :)

Kemudian kami naik kereta itu dan cuma melewati dua stasiun akhirnya sampai di Gondangdia deh. Kami lalu ber 'dadah-an' sama mbak yang kesasar juga seperti gw. Jadi naiknya bareng2, dari Tanah Abang ke Manggarai tapi dia sampai ke kota, dan kami berpisah di Gondangdia. Nah, dari situ naik bajaj ke gedung Balaikota, harganya 7000, itu juga hasil dari nawar harga awal yang dikasih: 10.000. Akhirnya sampai juga di gedung balaikota yang (ternyata) satu kompleks sama gedung Walikota. Hahahaa :D

Senin, 11 Januari 2010

Banyak Jalan Menuju Balaikota Jakarta

Hari ini saya ke Balaikota Jakarta untuk mengurusi beasiswa dari Yayasan Beasiswa Jakarta. Kenapa harus ke Balaikota? Karena kantor Yayasan Beasiswa itu ada di gedung Balaikota, tepatnya lantai 19. Awalnya saya dan seorang teman saya tidak tahu bagaimana cara menuju gedung itu dari kampus kami di Depok, tetapi setelah menelfon Yayasan Beasiswa itu, kami jadi tahu deh bagaimana cara menuju ke gedung Balaikota itu.

Kami diberi pilihan oleh mas di Yayasan Beasiswa Jakarta, ada dengan menggunakan kereta dan mobil (mungkin bis maksudnya). Karena kami lebih suka menggunakan kereta (lebih murah dan cepat pastinya)akhirnya kami bilang ke si mas bahwa kami akan naik kereta. Lalu dia memberikan pengarahan naik kereta, lalu turun di stasiun Gondangdia lalu nyambung menggunakan taksi, ojek, atau bajaj.

Berangkatlah kami ke stasiun dan membeli tiket Jakarta-Kota seharga Rp 1.500. Kami menunggu kereta cukup lama, lalu datanglah kereta yang akan kami naiki tapi kereta itu ramai sekali. Anggota badan menonjol keluar di hampir semua gerbong. Demi keselamatan jiwa-raga, saya dan teman saya menunggu kereta berikutnya lewat. Kereta berikutnya ternyata agak lama, akhirnya ada juga kereta yang lewat menuju Tanah Abang, karena kata teman saya kalo Gondangdia itu sebelum Tanah abang, maka dia memutuskan untuk naik kereta itu. Saya, yang jarang banget naik kereta akhirnya ngikut aja deh.

Kereta teus melaju, melaju, melaju dan akhirnya sampai di stasiun Manggarai. Di Manggarai masih tenang saja, tapi di stasiun ke dua setelah Manggarai teman saya mulai panik, karena seharusnya stasiun ke dua setelah Manggarai itu adalah Gondangdia. Cerita selanjutnya dilanjutin besok ya, it's too late..

Jumat, 08 Januari 2010

Buku Harian

Semalam, aku bilang pada seorang teman bahwa aku tidak mai tisur karena sedang menulis diary. Lalu dia berkata "tahun 2010? Masih nulis diary?". Dalam hati aku berucap iya, saya masih nulis diary. Kenapa emangnya? Apa gw slah kalo masih nulis diary?.

Tiba-tiba aku teringat, waktu awal masuk kuliah ada beberapa (sekitar lima orang) temanku yang ku tanya tentang kepemilikan buku harian. Aku kaget, karena hanya ada satu orang yang menjawab bahwa ia memiliki buku harian. Heran. Harusnya, di saat era informatika melanda dunia saat ini, privacy adalah suatu hal yang diperlukan. Nah, buku harian dapat dijadikan sebagai salah satu tempat berbagi mengenai hal-hal pribadi pemiliknya. Apa harus buku harian kembali digalakkan di saat-saat ini?

Sebenarnya, buku harian memiliki banyak sekali manfaat buat pemiliknya. Kalo kamu anak psikologi dan pernah belajar mengenai perkembangan kognitif, buku harian kamu adalah bukti bahwa kognitif kamu memang berkembang. Perkembangannya bisa dilihat secara content atau thematic analysis.

Content analysis: melihat suatu bacaan dari hal yang dibahas. Ambil contohnya percintaan. Waktu kamu masih kecil apakah kamu sudah membahas mengenai percintaan di buku harianmu? Ataukah jumlah tulisan tentang percintaan yang kamu bahas di buku harian semakin bertambah jumlahnya? Itu bisa menandakan perkembangan kognitif kamu dan ke arah mana prioritas mu saat ini.

Thematic analysis: melihat suatu bacaan dari pemilihan kata atau background penulisan. Misalnya waktu kecil kamu memakai kata itu-itu saja tapi sekarang perbendaharaan kata-katamu sudah berkembang. Ya, karena kamu bertambah dewasa dan semakin banyak ilmu yang kamu dapatkan. Itu juga salah satu bukti perkembangan kognitif.

Kalo belajar grafologi lebih seru lagi. Kamu bisa melihat apa yang tulisan kamu 'crminkan' saat kamu merasakan hal-hal tertentu. Mengenal diri sendiri tidak sulit. Cukup dengan menulis buku harian secara berkelanjutan dan kamu akan mengenal siapa dirimu dan apa tujuanmu.

Satu lagi keuntungan buku harian, kamu akan tersenyum-senyum saat mengingat kondisi tulisan itu dibuat dan betapa bodohnya hal yang kamu lakukan. Cukup untuk menghibur diri buka? Happy writing!

Antara angkor wat dan panthenon



Angkor wat dan Panthenon. Dua tempat pemujaan dewa yang berbeda bentuk, lokasi, dan material pembuatannya. Walaupun kedua tempat itu berbeda dalam banyak hal, tapi kedua tempat itu punya tujuan yang sama yaitu untuk memuja dewa yang berbeda (tentunya).

Mulai dari Angkor Wat, kuil ini lokasinya di Thailand. Terkenal banget, apalagi buat para arkeolog. Bentuk bangunannya (agak) mirip sama Borobudur. Ini adalah salah satu tempat ibadah tertua di dunia. Bangunannya dibuat dari batu-batu yang diangkut pakai gajah lalu di sekitar kuil ini ada kolam air yang dibentuk sedemikian rupa sehingga bentuknya bagus banget.

Bentuk bangunannya bertingkat dan agak mengerucut ke atas. Di sekitarnya ada kuil yang lebih kecil dan dihubungkan sama benteng. So wonderful. Kuil ini seperti terpisah dengan daerah lainnya karena adanya kolam yang mengelilingi kuil Angkor Wat.

Nah, sekarang panthenon. Ini adalah suatu kuli yang bangunannya mirip sama gedung kongres di US (karena emang ditiru) dan kayaknya agak mirip juga sama salah satu gedung di Indonesia. Departemen pertahanan. Bener ga? Gedung Panthenon yang letaknya di Itali ini bekas peninggalan Romawi. Dibangun dengan teknik arsitektur yang luar biasa.

Dibagian depan, gedungnya ada pilar-pilar besar yang menopang bagian depan Pathenon. Di bagian tengahnya ada sebuah kubah yang bermotif di bagian dalamnya, diameter kubah itu sekitar 43 m. Lalu, di bagian tengah kubah itu terdapat bolongan berdiameter 9 m. Tujuannya agar cahaya matahari bisa masuk ke dalam bangunan.

Material bangunan ini dibuat dari bahan semacam semen. Tapi semen buat orang Romawi jaman dulu dibuat sendiri dari kapur, pasir, kerikil, dan sebuah batu yang didapat dari gunung berapi. Sampai saat ini, Pathenon masih tegak berdiri di tengah kota dan menjadi salah satu objek wisata penting di Italia.

Kedua bangunan itu berbeda, sekaligus cantik dengan keunikannya masing-masing. Perbedaan bangunan itu mungkin dipengaruhi oleh kondisi geografis wilayah masing-masing serta kemajuan teknologi yang sudah dimilikinya. Aku menulis ini hanya kerena kagum terhadap mereka, karya-karya yang telah dibuatnya. Bahkan karya-karya yang telah mereka hasilkan sering menjadi inspirasi untuk bangunan di masa kini.

All we need to do is menjaga kelestarian bangunan bersejarah di negara ini (karena kita bagian dari negara ini bukan?) dan biarkan anak-cucu-cicit kita nantinya dapat menyaksikan sendiri perjalanan sejarah negeri Indonesia tercinta ini.

Hai-Hai

Well, sebenernya ini cuma buat latihan saya dalam dunia tulis menulis. Rasanya sayang aja kalau mahasiswa seperti saya tidak bisa menghasilkan tulisan. Akan jadi apa negara ini nantinya kalu kaum terpelajar di negeri ini tidak bisa menghasilkan suatu karya tulisan yang bagus.

Karya saya memang belum bagus. Wajar namanya juga baru belajar. Namun, aku percaya semua itu butuh proses. Nah, ini kuanggap sebagai proses awal aku dalam menulis. Just enjoy it and I hope it will be something usefull for our life :)