Selasa, 12 Januari 2010

Kemiskinan di Negeri Indonesia

Hufff... Saya cuma bisa menghela napas dan mengelus dada melihat kemiskinan yang terus saja jadi berita di koran-koran. FYI, di rumah saya berlangganan 2 buah koran: Republikadan Kompas, karena sekarang lagi liburan makanya saya punya waktu luang untuk baca koran dan (hampir) setiap hari di koran-koran itu selalu ada yang membahas masalah kemiskinan.

Gak cuma koran, televisi pun juga membahas masalah kemiskinan ddi negara ini. Kayak tadi pagi saya nonton acara "Apa Kabar Indonesia Pagi" di TV One, disitu dikisakan betapa merananya warga miskin di negara ini. Pertama, berita tentang penculikan bayi dan berita selanjutnya tentang anak berusia 6 tahun yang harus melakukan pekerjaan rumah tangga karena hanya tinggal berdua dengan Ibunya yang sedang sakit. Yah, saya rasa hal ini bagus mungkin bisa meningkatkan keibaan kita terhadap warga yang kurang mampu, mungkin bisa membuat para pejabat yang hidup dengan fasilitas mewah dari negara menjadi terketuk hatinya, atau mungkin hanya membuat kita yang hidup dengan cukup merasa bersyukur karena tidak mengalami penderitaan itu.

Saya jadi teringat sewaktu naik kereta dari Depok ke Gondangdia kemarin. Saya dan Di, teman saya, mempunyai pikiran yang sama: kita bersyukur ya tidak hidup seperti mereka. Saya dan Di hanya berada sekitar satu jam lebih di kereta tapi kami mendapatkan pengalaman berharga mengenai hidup, dan menjadi orang yang bersyukur karena diberikan hidup yang luar biasa indah oleh Sang Pencipta. Sepanjang kereta itu kami melihat mas-mas yang masih sebaya dengan kami berjualan handuk, jeruk, minuman, atau alat tulis. Kami juga melihat anak perempuan yang usianya masih jauh di bawah kami bernyanyi 'ditemani' adiknya dan berjalan dari belakang kereta ke bagian depan tanpa menggunakan alas kaki. Lalu ada juga bapak-bapak yang berjualan buku catatan, minuman, atau kerupuk kulit. Saya bisa membayangkan betapa keras usaha mereka untuk terus dapat melangsungkan hidup.

Oke, jadi berita mengenai kemiskinan di Indonesia yang ada di koran-koran serta televisi itu benar adanya. Saya bisa menerima itu, tapi yang disayangkankan adalah bentuk eksploitasi kemiskinan. Misalnya acara seperti 'bedah rumah', 'rumah hadiah', 'toloong', atau acara lain yang sejenis. Kenapa kesannya warga yang miskin itu jadi sengsara banget? Oke, mereka (mungkin) hidup sengsara dengan keterbatasan finansial ynag dimilikinya. But hey mereka gak sesengsara itu loh. Mereka masih punya harapan untuk hidup yang lebih baik asalkan mereka mau bekerja keras dan berusaha. Banyak kan orang yang hidup sejahtera saat ini merupakan warga miskin jaman dulunya.

Kenapa ga mencoba merubah sudut pandang? Mungkin memang susah, tapi bukan berarti tidak mungkin kan? Kemiskinan akan selalu ada di negara manapun, bahkan di negara yang berkuasa seperti USA. Selain itu, tidak ada juga orang yang memilih untuk dilahirkan di keluarga miskin. Kuncinya adalah kerja keras dan terus berdoa. Buat orang yang memang hidup dalam keluarga mampu, cobalah lebih bersyukur dengan kehidupan yang kamu miliki, dengan begitu kamu tidak akan melupakan saudaramu yang saat ini sedang berjuang untuk melanjutkan hidup. We can solve the problem, pasti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar