Jumat, 11 Mei 2012

Traumatic Event

Hello..

Aku mau sedikit share tentang sebuah traumatic event yang pernah terjadi dalam hidup ku. Mmmm.. Sebenernya ini gak-sebegitu-traumatis siiih tapi aku menyebut ini traumatis karena tes S2.  Di tes itu aku diminta cerita tentang sebuah kisah traumatis, karena aku anaknya nrimo dan mungkin aku memang belum pernah mengalami kejadian yang segitu traumatisnya jadi aku merasa bahwa kisah yang akan aku ceritain ini sebagai kisah yang traumatis.

Begini kisah singkatnya

Aku patah hati dan aku sedih. Nah kesedihan ini yang membuat aku menjadikan kejadian ini sebagai traumatic event.
Kan traumatic event yang ditulis itu akhirnya digali lagi pas wawancara, aku ga usah dicolek aja udah tumpah semua curhatannya apalagi kalo ditanya sama psikolog. Udah banjir tuh curhatan aku di ruangan interview. Aku ditanya sama dua orang psikolog hebat, cerita sama mereka, ga mungkin dong kalo ga dapet wejangan dan kata-kata motivasi. Ehehehee. Aku bersyukur banget mengalami traumatic event ini karena aku dapet super duper banyak banget hikmah dibalik kejadian ini. Here they are:

  1.  Aku jadi lebih dekat dengan Allah SWT. Kejadian aku sama dia itu menunjukkan kebesaran-Nya dan aku ga pernah bosan minta ke Dia untuk ditunjukkan siapakah lelaki ini buat aku. Ternyata Dia memberi jawaban-Nya dengan cepat dan tegas. Sure, he's not that-something for me then. Selama proses patah hati pun aku jadi lebih banyak mengadu dan petunjuk pada-Nya. Aku harap sih kedekatan aku dengan-Nya tidak berkurang walaupun sakit hatiku sudah berkurang.
  2. He isn't good enough for me. Dia lelaki hebat (yeah, I could say so) karena dia sholeh, suaranya kalo lagi ngaji bagus banggeett, pintar, penuh semangat, dan dewasa. Yah tapi mau gimana lagi, lelaki yang begitu aja masih kurang bagus untuk aku berarti aku harus siap menerima lelaki yang lebih hebat lainnya. Hahaha. Pemikiran ini juga masih berkaitan dengan hikmah nomer satu itu tadi yaa.
  3. Aku jadi punya pengalaman traumatic event untuk dibagi saat tes. Hahahaha. Beneran, andai aja kejadian ini ga terjadi aku bingung harus nulis traumatic event yang seperti apa. Tentulah pengalaman ini membuat hidupku lebih warna dan makin kaya.
Intiya dari aku sharing ini bukan mau asal curhat aja tapi bener kalo orang banyak bilang "Berharaplah pada Allah SWT dan mengadulah pada-Nya" itu bener banget. Aku bersyukur diberi kesadaran ini oleh-Nya. Setelah kejadian patah hati itu aku banyak ngadunya sama Dia, aku galau sih di twitter tapi cuma sedikit dan kalau dilihat dari facebook aku sama sekali ga menunjukkan gejala patah hati. Ini semua karena aku ingat satu ayat pada Al-Qur'an:
Hanya kepada Engkaluah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan (Q.S.1:5).
Aku meminta kekuatan pada-Nya, minta ketegaran hati dalam menghadapi masalah ini dan terus meyakinkan diri bahwa ini adalah jalan yang terbaik untuk aku. Berkat pertolongan-Nya, di hari ini, hari ke lima setelah kejadian pematahan hati, aku bisa tersenyum lebar dan mengikhlaskan yang telah terjadi. Di hari ke tiga setelah patah hati aku diberi kesempatan untuk bercerita dengan dua orang psikolog dan mereka memberi wejangan yang dapat 'mengangkat' aku. Sebelumnya, di hari kedua dan sehari setelah kejadian itu aku diberikan teman-teman yang mendukung aku dalam ikut tes tanpa mereka tahu apa yang telah terjadi padaku. Subhanallah.

Alhamdulillaahirabbil'alamiin. Thank you Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar